TUGAS KELOMPOK 9
Nama Kelompok:
1. Risky Nurlita Maylinda 16-001
2.Laila Husna 16-024
3.Dina Hutasoit 16-039
4.Nabila Annisa Putri 16-054
5.Wina Lorensi 16-071
6.Fahri 16-077
Classical Conditioning
1. Orang tua Ana selalu membiasakan Ana untuk mengisi air di teko. Jadi, setiap air di wadah tersebut habis, maka orangtua Ana akan menyuruh Ana untuk mengisi airnya kembali. Suatu hari, air di teko habis. Saat itu rangtua Ana sedang tidak berada di rumah, Ana langsung mengisi air tersebut tanpa adanya suruhan.
2. Suatu hari, Ani sedang makan ditemani oleh kucing kesayangannya. Tiba-tiba, kucing tersebut berubah menjadi ganas dan mencuri makanan Ani dari piring. Sejak saat itu, Ani selalu mengusir kucing ketika dia sedang makan.
3. Mahasiswa sering kali kesal terhadap kuliah ganti karena menyita waktu istirahatnya.
4. Sejak kecil, saya suka dengan miesop. Setiap malam, pedagang miesop keliling lewat dari depan rumah saya. Pedagang tersebut membunyikan selentingan sendok sebagai penanda kehadirannya. Suara tersebut dapat terdengar dari jarak yang jauh. Awalnya, saya membeli mie sop tersebut ketika pedagang berada dekat dengan saya. Namun, karena sekarang saya mulai terbiasa dengan bunyi tersebut, saya jadi cepat keluar rumah meskipun pedagang itu masih jauh dari rumah saya.
5. Tugas yang menumpuk sering membuat mahasiswa gelisah karena takut tugas tidak selesai.
6. Saat pertama kali masuk bangku sekolah dasar,saya
suka sekali dengan seorang guru IPA. Ibu tersebut mengajar dengan sangat baik,
ketika saya melihat ibu itu masuk ke kelas untuk mengajar saya langsung merasa senang
dan suka pelajaran IPA. Buku atau apapun
yang berbau alam atau palejaran IPA
menjadi kesenangan saya, bahkan hanya melihat bukunya saja saya sudah
merasa senang dan sesekali saat saya
belajar IPA, wajah ibu yang pernah mengajar saya tampak dalam pikiran saya.
Asal melihat buku pelajaran IPA, atau yang saat ini identik dengan kata Biologi
menjadi pelajaran favorit saya.
Operan Conditioning
1. Seorang guru ingin agar murid-murid nya rajin membaca, maka ia memberikan hadiah 1 buah coklat untuk setiap buku yang telah dibaca oleh muridnya. Kondisi ini mengakibatkan murid-murid guru trsebut semakin eajin membaca dan terpicu
. 2. Ketika Saras selesai makan, ia segera mencuci piring. Dan mendapatkan pujian anak rajin dari kedua orangtuanya sehingga Saras tidak pernah lupa mencuci piring setelah selesai makan.
3. Adi selalu diomelin ibunya ketika tidak merapikan bukunya setelah pulang sekolah. Sejak saat itu, Adi mulai rajin merapikan bukunya agar tidak diomeli ibu.
4. Ketika kita sedang mengerjakan tugas kelompok, salah satu teman kita tidak bekerja, maka, kita mencoret namanya dari kelompok sehingga dia akan menyadari kesalahannya.
5. Saya sering sekali merobek lembar demi lembar buku yang saya punya jika saya mendapati ada kesalahan disana. Suatu ketika ibu saya mengetahui, bahwa saya sering merobek lembaran buku, hingga yang tersisa hanya beberapa lembaran saja. Pada akhirnya, ibu saya mengomeli saya, dan tidak mau membelikan saya buku, ibu menyuruh saya untuk mengumpulkan semua kertas yang sudah saya buang, dan saya harus menyatukannya kembali dalam satu buku. Karena saya sama sekali tidak dapat menemukan lembaran yang saya buang, dan sebagian saya dapati tidak layak pakai. Akhirnya saya mengambil buku-buku bekas milik kakak saya, dan mengambil beberapa lembar kosong yang terdapat disana, kemudian saya menyatukannya. Awalnya saya sangat kesal, karena kata-kata dalam tulisan yang salah harus saja di hapus dengan sabar. Beberapa hari kemudian, ibu saya melihat catatan saya, dan memujinya, kemudian memberikan saya sebuah buku yang dilengkapi gambar menarik. Sejak saat itu saya berjanji pada diri saya, untuk tidak merobek buku lagi.
6. Adi sudah berusia 13 tahun, dan sudah
berada di bangku kelas 2 SLTP, namun entah mengapa dia selalu mengompol di
tempat tidurnya. Karena kesal dengan perilaku Adi, ayah akhirnya bertindak. Adi hanya boleh
tidur dikamar ketika dia berhenti mengompol. Sebagai hukuman, ayah menyuruh Adi
untuk tidur di garasi rumah, yang dekat ke kamar mandi, hukuman itu tidak
berlaku hanya jika Adi berhenti mengompol. Empat hari tidur di garasi
membuatnya jera, awalnya dia tetap mengompol, namun di hari berikutnya, dia
tidak pernah lagi mengompol, dan bahkan dengan sigap dia selalu bangun tepat waktu untuk beribadah dan
memasak sarapan. Akhirnya, ayah mengijinkannya tidur di kamar, sejak saat itu,
dia tidak pernah lagi mengompol.
. Pendekatan Kognitif
1. Ketika saya berumur 5 tahun, ayah saya membelikan saya sebuah sepeda, sebelumnya, saya telah melihat kakak saya bermain sepeda, kemudian, saya mulai mencoba menaiki sepeda, mencoba mengayuh agar sepeda dapat berjalan , lalu mengatur kayuhan kaki agar dapat mengatur kecepatan sepeda saya.
2. Disaat anak mengikuti perilaku yang dilakukan orangtuanya. Seperti misalnya disaat orang tuanya kaget dan selalu mengeluarkan kata “allahuakbar” sambil ngelus dada. Dan si anakpun mengikuti perilaku orangtuanya karena dia selalu melihat orangtuanya kaget seperti itu.
3. Winika mendapatkan sebuah gitar dari ayahnya, 1 minggu setelah gitar itu ada, winika masih kesulitan memainkannya. Sampai akhirnya winika belajar dengan seorang guru musik. 2 bulan berlalu sejak saat itu, kini Winika handal dalam bermain gitar.
4. Ketika ada siswa yang takut melewati jalan yang gelap ketika pulang sekolah , tetapi karena ia ingin cepat sampai dan buru buru untuk mengerjakan tugas dengan terpaksa anak tersebut tetap melewati jalan yang gelap itu walaupun dalam hatinya ia tetap takut.
5. Dita mendapat nilai ujian kimia 60 sedangkan teman-temanya mendapatkan 80. Dita merasa gagal dalam ujian ini. Keesokan harinya, dita lebih giat dalam belajar, ia mulai rajin mencatat dan mengulang kembali soal-soal yang diberikan gurunya. Pada ujian selanjutnya, dita berhasil mendapatkan nilai 8.
6. Saya memiliki seorang nenek yang sudah pikun. Hal
tersebut sangat menyulitkan saya, dan keluarga. Terkadang nenek berlaku
layaknya anak kecil yang begitu manja, yang kurang perhatian. Awalnya saya
merasa agak jengkel, dan bosan, namun suatu kali perasaan saya terketuk, ketika
saja mendengar nenek membaca seberkas poster yang ada di samping rumah
tetangga. Saya merasa begitu bahagia, dan tersanjung dengan hal itu. Dan
akhirnya kami memutuskan untuk membelikan nenek berbagai bacaan yang tulisannya
besar, disertai dengan gambar yang menarik, dan berusaha mendukungnya untuk
maju, agar kepikunannya tidak terlalu parah. Benar saja, ketika usai
memandikannya, nenek memberi saya uang seperti yang dia lakukan sewaktu masih
sehat seperti dulu, dan dengan lirih berkata’’ ajari nenek buat ayam penyet
seperti yang ada dibuku’’, sepertinya enak. Perasaan saya, begitu bahagia dan
tak terungkapkan. Sampai pada akhir hayatnya, dia tetap mau membaca dan belajar
untuk melakukan sesuatu yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar