Pedidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Sesungguhnya pendidikan merupakan hak seluruh warga
negara, termasuk anak-anak yang memiliki ketidakmampuan fisik maupun mental.
Mungkin sering kita memandang mereka dengan sebelah mana karena berpetokan pada
kekurangan mereka, dan justru kita sering
mengesampingkan perjuangan mereka untuk mendapatkan pengakuan sebagai
manusia yang mampu, melalui berbagai keterampilan, bakat, kecakapan, dan karya yang mereka ciptakan. Yang mungkin
orang normal sekalipun tidak mampu, dan tidak terpikir untuk melakukan seperti
yang mereka lakukan. Banyak dari kita memahami kehidupan mereka hanya sebatas
memperoleh makanan, namun benarkah semua itu ? Karena jauh di lubuk hati mereka
sesungguhnya kasih sayang dan dukunganlah yang paling mereka butuhka, layaknya
manusia normal. Ketika suatu pertunjukan dari antara orang-orang yang mengalami
keterbatasan ditayangkan, kita mungkin akan merasa sangat terhibur, dan takjub
dengan seluruh pertunjukan yang mereka selenggarakan. Dan bagi banyak kita memahaminya
sebagai hiburan semata, dan kita mengesampingkan perjuangan yang mereka lakukan
untuk memperoleh pengakuan.
Inilah yang membedakan kita dengan mereka, mereka dengan
segala kerterbatasannya berusaha untuk
bangkit dan berusaha untuk melampaui keterbatasan mereka dan kita
sebagai manusia normal yang memiliki keberuntungan untuk menjalani hidup dengan
perlakukan normal justru menjadi pemberontak, malas mengasah diri (karena
menganggap diri sebagai manusia yang sempurna), dan kurang berusaha. Sehingga
mereka yang berkekurangan justru menjadi orang yang paling beruntung daripada
kita, karena dengan keterbatasannya mereka dapat berinovasi untuk melakukan hal
lebih dari yang orang lain harapkan. Kalau begitu, siapakah
mereka (anak) yang menderita ketidakmampuan
itu? Sebelum
kita membahas lebih dalam mengenai kondisi
anak-anak yang menderita ketidakmampuan, untuk lebih memahami dan
mendalami mereka atau sekedar untuk mengetahui keadaan mereka, kita perlu
mengetahui perbedaan antara istilah”
ketidakmampuan”(disability) dengan
“cacat” (handicap) karena dahulu
istilah ini sering dipakai bersama-sama. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan
seseorang. Handicap adalah kondisi
yang dinisbahkan (ditimpakan/ diberikan)
kepada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh jadi
disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sifat orang itu sendiri
(Lewis, 2002)
Para pendidik lebih sering menggunakan istilah “children with disabilities” (anak yang
menderita gangguan/ ketidakmampuan) daripada menggunakan istilah “disabled children” (anak cacat),
tujuannuya adalah memberi penekanan pada
anaknya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita
ketidakmampuan juga tidak lagi doisebut
sebagai “handicapped”
(penyandang cacat), walaupun istilah handicapping
condition masih dipergunakan untuk hambatan belajar dan hambatan fungsi
dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan. Selanjutnya, kita akan
mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan (disorder)
sebagai berikut; gangguan organ indra( sensory),
gangguan fisik, reterdasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar
(learning disorder), attention deficit hyperactivity disorder,
dan gangguan emosional dan perilaku. Berikut pembahasn singkat mengenai
pengelompokan gangguan;
v Gangguan Indra
Meliputi
gangguan atau kerusakan pada penglihatan dan pendengaran.
1.
Gangguan penglihatan. Beberapa anak/siswa
mengalami gangguan penglihatan yang belum diperbaiki. Misalnya perilaku
memicingkan mata, membaca buku dengan jarak yang sangat dekat, sering
mengucek-ucek mata, dan mengeluh karena pandangan kebur atau suram, maka anak
perlu dianjurkan untuk memeriksa diri(Boyles & Contadino, 1997). Anak-anak
yang menderita low vision memiliki
jarak pandang antara 20/70 dan 20/200( pada skala Snellen dimana jarak normalnya adalah 20/20 apabila
dibantu lensa korektif. Anak low
vision dapat membaca buku dengan huruf/tulisan besar atau dengan
menggunakan kaca pembesar. Anak yang buta secara educational (educationally blind) tidak dapat
menggunakan indrta penglihatan mereka untuk belajaran dan harus menggunalkan
pendengaran dan sentuhan untuk belajar, misalnya membaca dengan menggunakan
huruf braille.Tercatat bahwa 1 dari
3000 anak didunia tergolong educational blind.
2. Gangguan pendengaran
Gangguan
pada pendengaran dapat menyulitkan anak untuk belajar. Anak yang menderita tuli
sejak lahir atau sejak kanak-kanak umumnya lemah dalam kemampuan berbahasa dan
berbicara. Jika anak mendemperkan telinga ke speaker, sering meminta pengulangan penjelasan, tidak mengikuti
perintah atau sering mengeluh sakit pada telinga, dingin dan elergi, maka
sebagai pendidikan suruh anak untuk memeriksa diri ke THT (Patterson &
Wright, 1990). Ada beberapa alat tegnologi yang dapat digunakan oleh penderita
gangguan pada pendengaran, misalnya; pemasangan coclear (dengan prosedur pembedahan), menempatkan semacam alat
pendengar ditelinga (prosedur pembedahan untuk disfungsi telinga tingkat
menengah) bukan prosedur permanen, sistem
hearing aids dan amplifikasi, perangkat komunikasi(teletypewritertelephone, dan RadioMall)
menggunakan internet.
v Gangguan Fisik
Gangguan
fisik anak meliputi gangguan ortopedik,
seperti gangguan akibat cidera di otak(cerebral palsy) dab gangguan kejang-kejang (seizure). Anak yang mengalami gangguan ini membutuhkan pendidikan
khusus dan pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik, pelayanan
kesehatan sekolah, dan pelayanan psikologi khusus.
1. Gangguan ortopedik, biasanya berupa
keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena adanya massalah di
otot, tulang, atau sendi, tingkat keparahannyapun bervariasi.
2. Cerebral palsy,
adalah gangguan berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas.
Penyebab umum dari cerebral palsy
adalah kekurangan oksigen saat kelahiran.
3.Gangguan kejang-kejang, jenis yang sering
kali ditemui adalah epilepsy, gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan
serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.
v Retardasi Mental
Ciri
utama retardasi mental adalah lemamhnya fungsi intelektual. (Zigler, 2002).
Lama sebelum muncul tes formal untuk menilai kecerdasan, orang dengan retardasi
menal dianggap sebagai orang yang tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai
dengan umurnya serta tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Nilai tes kecerdasan
dipakai untuk menunjukkan seberapa perahkah retardasi seseorang, jika tergolong
ringan seorang anak masih diperbolehkan untuk mengikuti pelajaran di kelass
umum, namun jiuka tergolong parah seorang anak harus dimasukkan ke kelas
khusus. Kondisi ini terjadi dibawah umur 18 tahun, yang ditandai dengan
rendahnya kecerdasan ( IQ dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.
Berikut
klasifikasi dan tipe retardasi mental;
Tipe Retardasi
Mental
|
Rentang IQ
|
Persentase
|
Ringan
|
55-70
|
89
|
Moderat
|
40-54
|
6
|
Berat
|
25-39
|
4
|
Parah
|
<25
|
1
|
\
Adapun
penyebab dari retardasi mental adalah akibat factor genetic dan kerusakan otak
(Dykens, Hodapp, & Finucne, 2000).
Ø Faktor genetik, bentuk paling umum dari retardasi
mental adalah Down syndrome yang diwariskan
secara genetik. Anak dengan sindrom down ini memiliki lebih kromosom
ke-47. Wajahnya bulat, tengkorak yang
datar, , ada kelebuhan lipatan putih di atas alis, lidah panjang, kaki pendek,
dan retardasi kemampuan motor dan mental. Fragile X sindrom adalah tipe ke dua
yang lebih lazim dari retardasi mental. Sindrom ini diwariskan secara genetic melalui kromosom X yang tidak
normal, yang menyebabkan retardasi mental yang ringan sampai berat. Ciri anak
penderita sindrom fragile X ini adalah
wajahnya memanjang, rahang menonjol, telinga panjang, hidung pesek, dan
koordinassi tubuh yang buruk.
Ø Kerusakan otak, diakibatkan oleh bermacam-macam infeksi
atau karena factor lingkungan luar (Das, 2000). Infeksi pada ibu hamil ,
seperti rubella (German measles), sipilis, herpes, dan AIDS, dapat menyebabkan
retardassi pada diri anak.. Faktor
lingkungan luar yang dapat menyebabkan retardasi mental antara lain;
benturan kepala, malnutrisi, keracunan, , luka saat kelahiran, atau karena ibu
hamil kecanduan alcohol.
v Gangguan Bicara dan Bahasa
Gngguan
bicara dan bahasa meliputi masalah dalam
berbicara, seperti; gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan
berbicara( seperti kesulitan menerima informasi dan dan mengekspresikan
bahasa).
1.
Gangguan Artikulasi, merupakan masalah dalam
pengucapan suara secara benar. Artikulasi pada anak usia enam sampai tujuh
tahun tidak selalu bebas dari kesalahan, namun pada usia selanjutnya seharusnya
artikulasi mereka seharusnya sudah baik.
2.
Gangguan suara, gangguan ini yampak dari
pengucapan yang tidak jelas, keras, terlalu kencang, terlalu tinggi, atau
terlalu rendah. Suara anak yang berbibir sumbing biasanya akan sulit
dimengerti.
3.
Gangguan kefasihan atau kelancaran bahasa,
biasanya dinamakan “gagap”. Kondisi ini terjadi ketika ucapan anak
terbata-bata, jeda panjang, atau berulang-ulang.
4. Gangguan bahasa, merupakan kerusakan sigbifikan
dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak. Gangguan bahasa dapat
menyebabkan masalah belajar serius (Bernstein & Tiegerman-Farber, 2002).
Ø Bahasa reseptif adalah gangguan penerimaan dan
pemahaman atas bahasa. Anak akan mengalami kesulitan untuk menerima informasi.
Informasi akan masuk tetapi otak akan sulit untuk memprosesnya secara efektif,
yang menyebabkan anak agak cuek atau bengong.
Ø Bahasa ekspresif berkaitan dengan kemampuan
menggunakan bahasauntuk menggekspresikan pikiran dan berkomunikasi dengan orang
lain.
v Ketidakmampuan Belajar
Berdasarkan
defenisi dan kriterianya, anak yang menderita gangguan belajar;
1.
memiliki kecerdasan normal dan diatas normal
2.
kesulitan untuk setidaknya satu mata pelajaran dan biasanya beberapa mata
pelajaran
3.
tidak memiliki masalah dan gangguan lain , seperti retardasi mental yang
menyebabkan kesulitan ini. Konsep umum
gangaghuan atau ketidakmampuan belajar mencakup masalah dalam kemampuan
mendengar, berkonsentrasi, berbicara, berpikir, memori, membaca, menulis,
mengeja, dan keterampilan sosial ( Kamphaus, 2000). Dysleksia adalah kerusakan
parah dalam kemampuan untuk membaca dan
mengeja.
Diagnosis
untuk anak yang mengalami gangguan belajar, terutama gangguan belajar ringan
sangat sulit, karena gejalanya tidak terlalu tampak karena anak dengan gangguan
belajar dapat berkomunikasi secara verbal, dan tidak menarik diri dari
lingkungan.
Ø Strategi intervensi, banyak intervensi difokuskan
untuk meningkatkan kemampuan membaca anak. Misalnya dengan belajar fonologi di
taman kanak-kanak dapat memberikan efek baik bagi anak untuk lanjut ke SD.
v Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD)
Merupakan bentuk ketidakmampuan anak yang ciri-cirinya
antara lain;
1.
kurang perhatian
2.
hiperaktif dan;
3.
impulsif.
Anak
yang kurang perhatian (inantentive)
akan sulit berkonsentrasi dengan satu hal dan mungkin akan cepat bosan mengerjakan tugas. Anak hiperaktif akan
menunjukkan level aktivitas fisik yang tinggi, hampir selalu bergerak. Dan anak
impulsive sulit untuk mengendalikan reaksinya dan gampang bertindak tampa
berfikir panjang lebih dahulu. Anak yang menunjukkkan gejala ADHD bisa
didiagnosis sebagai;
1.
ADHD dengan kecenderungan lebih pada kurang perhatian
2.
ADHD dengan kecenderungan lebih pada hiperaktif/ impulsif
3.ADHD
dengan kecenderungan baik itu pada kurang perhatian dan hiperaktif /impulsif.
Penyebab
utama dari ADHD sampai saat ini belum dapat diketahui, namun beberapa pendapat
mengatakan bahwa penyebabnya adalah; rendahnya level neurontransmitter(pesan
kimiawi dalam otak), abnormalitas prenatal, dan abnormalitas postnatal (Auerbach,
dkk., 2001), serta factor hereditas karena 30 hingga 50 persen anak yang
mengalami ADHD memiliki saudara yang juga mengalami gangguan atau orang tua dan
keluarga yang mengalami gangguan ADHD (Woodrich, 1994).
v Gangguan Perilaku dan Emosional
Terdiri
dari masalah serius yang terus menerus, berkaitan dengan masalah pribadi atau
sekolah, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan masalah pribadi dan
sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosialemosional yang tidak
tepat. Ada bermacam-macam istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
gangguan emosional dan perilaku seperti
emotional disturbance, behavior
diorders, dan maladjusted children ( Coleman & Webber, 2002).
1.
Perilaku agresif, di luar control, beberapa
anak yang mengalami gangguan emosional serius dan melakukan tindakan yang
mengganggu, agresif, membangkang, dan membahayakan biasanya dianjurkan untuk
dibimbing secara khusus di pendidikan khusus.
2.Depresi, Kecemasan, dan Ketakutan, beberapa anak
ada yang memendam masalahemosionalnya. Depresi, kecemasan, kketakutan mereka
semakin hebat dan menetap sehingga kemampuan mereka dalam belajar semakin
menurun. Biasanya anak yang mengalaminya merasa dirinya tidak berharga lagi dan
bahkan berusaha untuk melukai dirinya dalam level parah, menganggap bahwa
masalahnya tidak akan pernah membaik/selesai, tampak lesu dan tidak bersemangat
dalam jangka waktu yang cukup lama.
Isu Pendidikan yang Berkaitan dengan Anak yang Menderita
Ketidakmampuan
Ketentuan hukum telah
menyatakan bahwa sekolah hatus melayani semua anak yang mengalami gangguan.
a. Aspek Hukum, Pada
awalnya anak yang mengalami ketidakmampuaan tidak diperbolehkan masuk sekolah
atau tidak dilayani secara semestinya. Sehingga pada pertengahan tahun 1960-an dan 1970-an anggota dewan
perwakilan , pengadilan federal, dan kongres AS mengakui hak anak yang
menderita gangguan untuk mendapatkan pendidikan di sekolah khusus. Itulah yang
mendasari terbukanya pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus.
b. Individual with
Disabilities Education Act (IDEA).
IDEA menetapkan mandate
luas untuk pelayanan bagi semua anak
penderita ketidakmampuan. Mandat ini mencakup evaluasi dan determinasi
eligibilitas (eligibility), pendidikan yang tepat dan rancangan pendidikan yang
disesuaikan dengan setiap anak (Individualized Educational Plan [IEP]), dan
pendidikan di dalam lingkungan yang tidak terlampau ketat (Educational in the
Least Restrictive Environment [LRE]),
yang kemudian diganti dengan nama conclution (konklusi). Artinya menempatkan
anak-anak yangmengalami ketidakmampuan di lingkungan layaknya sekolah umum,
atau mendidik anak di kelas dengan pendidikan special di kelas regular (Idol,
1997).
c. Penempatan dan
Pelayanan
Bukan hanya manusia normal pada umumnya, anak penderita
ketidakmampuan juga dapat ditempatkan di
berbagai setting, dan serangkaian
pelayanan dapat dipakai untuk meningkatkan pendidikan mereka. Penempatan anak
dengan ketidakmampuan ini disusun dari yang kurang restriktif sampai yang lebih
restriktif ( Deno, 1970);
1. Kelas regular dengan
dukungan pengajaran tambahan dikelas regular.
2. Sebagian waktu
dihabiskan di ruang sumber daya
3. Penempatan full-time
dalam kelas pendidikan khusus
4. Sekolah Khusus
5. Instruksi Rumah
6. Instruksi di rumah
sakit atau institusi lainnya.
Pelayanan untuk anak dapat disediakan oleh guru kelas
regular, guru sumber daya, , guru pendidikan
khusus, konsultan kolaboratif, dan professional lainnya( Detter, Dyck,
& Thurston, 2002). Dan yang lebih utama adalah dukungan dari keluarga dan
lingkungan agar anak yang menderita gangguan dapat mengasah potensi yang
dimilikinya dengan senang hati dan
merasakan kehidupan dan perlakuan yang normal dari lingkungan sekitar. Dan saya
ingin menyadarkan saya dan anda yang membaca artikel ini akan satu kutipan
seorang bijak yang menyatakan ; JANGAN PERNAH merasa
paling besar dan mengecilkan kehidupan orang lain. Jangan merasa sok hebat dan mengganggap remeh orang lain.
Jangan merasa selalu benar dan menghakimi orang lain selalu salah. Bukankah
kita semua akan kembali dengan tangan hampa saat nafas kita berhenti? Lalu apa
lagi yang kita sombongkan.
Artinya; bahwa mereka
yang menderita ketidakmampuan juga memiliki hak yang sama dengan kita yang
normal, sesungguhnya kita harus berterima kasih pada mereka karena dengan
kehidupan mereka kita dapat mensyukuri dan dapat saling menggandengkan tangan
kita atas setiap suka dan duka yang kita miliki, karena kita adalah saudara
dalam kehidupan J.