INTELEGENSI
A.
Konsep intelegensi, cara pengukuran, dan berbagai
kontroversi dalam penggunaannya oleh pendidik.
Berbicara mengenai
intelegensi, kita tentu harus mengetahui konsepnya terlebih dahulu. Intelegensi
terdiri dari keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan
belajar dari pengalaman kehidupan sehari-hari. Namun karena konsep yang abstrak dan luas mengenai
intelegensi, maka akan ada banyak
defenisi. Minat terhadap intelegensi sering kali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian individual( Kaufman
&Lictenberger,2002; Lubinski ,2000; Molfse & Martin, 2001). Perbedaan
individual adalah cara dimana orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan
tetap.
Binet dan Simon
menyusun tes intelegensi pertama. Binet mengembangkan konsep usia mental , dan
Stern membuat konsep IQ sebagai MA/CA x
100. Distribusi skor Stanfort-Binet mendekati kurva normal.Skala Weschler juga
banyak dipakai untuk menilai intelegensi, dimana semuanya menghasilkan IQ
keseluruhan, IQ verbal dan kinerja.
·
Penggunaan tes kelompok dianggap lebih nyaman dan ekonomis, hanya saja tes ini
memiliki sejumlah kekurangan ( kurang kesempatan dalam menyusun laporan; selain
itu gangguan dari murid lain sehingga kurang fokus). Tes intelegensi kelompok
harus selalu dilengkapi dengan informasi
relevan lain saat akan membuat keputusan
untuk murid. Hal ini juga berlaku untuk tes individual murid.
·
Spearman
mengatakan bahwa orang mempunyai intelegensi umum(g) dan tipe intelegensi
khusus (s).Menurut teori intelegensi triarkis Strenberg, intelegensi muncul
dalam tiga bentuk; analitis, kreatif, dan praktis. Gardner percaya ada delapan
tipe intelegensi; verbal. matematika, , spasial, tubuh-kinestik, musik, wawasan
terhadap diri sendiri, dan naturalis. Proyek Spektrum dan Key School adalah
aplikasi pendidikan dari teori multiple intelligence Gardner . Mayer,
Salovy, dan Goleman meyakini bahwa intelegensi emosional adalah aspek penting dalam dari seseorang
agar bisa berkompeten. Pendekatan menawarkan banyak hal, meransang guru untuk
berfikir lebih luas mengenai factor yang memengaruhi kemampuan murid. Namun
pada kenyataannya pendekatan ini mendapatkan banyak kritik, karena tidak
seharusnya intelegensi setiap orang dapat diklasifikasikan.
·
Empat kontroversi dan isu yang berkaitan dengan intelegensi
adalah;
1.
Persoalan
sifat asuhan dari bagaimana warisan dan lingkungan berinteraksi untuk
menghasilkan intelegensi.
2.
Apakah
orang memiliki intelegensi umum atau tidak
3.
Seberapa
adilkah tes intelegensi berlaku untuk lintas kelompok etnis dan kultural, dan
4.
Apakah
murid harus dikelompokkan berdasarkan
kemampuannya( tracking). Hal ini
penting untuk menyadari bahwa tes intelegensi adalah indicator kinerja
sekarang, dan bukan potensi tetap.
B.
Evaluasi Gaya Berpikir dan Membaca
Gaya bukan kemampuan tetapi cara
yang disukai seseoranng untuk memanfaatkan kemampuannya. Masing-masing kita tentu memiliki sejumlah gaya belajar dan
berpikir yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Gaya impulsive/
reflektif disebut juga sebagai tempo konseptual. Dikotomi ini adalah perbedaan
antara tendensi untuk bertindak cepat dan impulsive dengan menggunakan
tendensi untuk menggunakan lebih banyak waktu
untuk merespon atau memikirkan (reflek) akurasi dari suatu jawaban. Murid
impulsive biasanya membuat lebihbanyak kesalahan disbanding dengan murid yang
reflektif. Gaya mendalam atau dangkal
adalah sejauh mana murid menjalani proses belajar dengan satu cara yang
membantu mereka untuk memahami materi (
gaya mendalam) atau sekadar mempelajari apa yang perlu dipelajari( gaya
dangkal). Oleh sebab itu seorang guru seharusnya mengetahui gaya murid yang perlu diperbaiki agar membantu murid dapat belajar dengan baik.
C.
Defenisi kepribadian, identifikasi Faktor kepribadian
Kepribadian adalah
pemikiran , emosi, dan perilaku khas yang menjadi ciri dari cara individu dapat
beradaptasi dengan lingkungannya.
Para psikolog mengidentifikasikan factor kepribadian dalam lima bagian besar,
yaitu; stabilitas emosional, ekstraversi, keterbukaan terhadap pengalaman, agreeableness, dan conscientiousness. Pengklasifikasian kepribadian ini, memberikan
guru sebuah kerangka untuk memahami
karakteristik kepribadian murid. Konsep interaksi individu dengan lingkungan
menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengkarakterisasikan kepribadian bukan hanya dari bakat saja,
namun juga berdasarkan pembawaan dari situasinya.
D.
Temperamen
Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara respon yang khas
terhadap suatu keadaan.
Thomas meyakini bahwa ada tiga gaya temperamen dasar yaitu; easy,difficult, dan slow-to-warm-up. Temperamen
difficult atau sulit mengakibatkan anak menjadi mudah kena masalah. Dalam
pendidikan yang melibatkan temperamen anak, guru dapat menunjukkan perhatian
dan penghargaan pada individualitas, mempertimbangkan struktur lingkungan
murid, dan mewaspadai masalah yang mungkin timbul apabila mengenakan label
‘’sulit’’ dan menggunakan suatu cara tersendiri untuk mendidik anak yang dengan
temperamen sulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar