Apa itu motivasi,,,,,,??
Ketika seorang ibu hendak melahirkan bayinya, maka ia akan berusaha
sekuat mungkin untuk mengeluarkan bayinya dari dalam tubuhnya, demi memberikan
kehidupan baru bagi si anak, seorang ibu bahkan rela mempertaruhkan nyawanya
untuk itu,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Ketika seorang anak mengeluh kepada orangtuanya karena uang kuliah yang
belum dibayarkan, maka orangtua akan berusaha sekuat tenaga untuk melunasi uang kuliah anaknya
tersebut dan bahkan bagi mereka yang
tidak mampu secara ekonomi, akan bekerja
dengan sangat keras tanpa mempedulikan
panasnya matahari, dan dinginnya hujan, dan bahkan harus menahan lapar, hanya
agar masa depan si anak lebih baik dari mereka,,,,,,,,,,
Ketika kita melihat kesedihan
orangtua kita, saat kita dalam keadaan sakit, maka kita akan berusaha untuk
sembuh dengan mencoba berbagai pengobatan dan berdoa dengan keyakinan yang
teguh, agar orang yang kita cintai tidak bersedih dan menangis atas keadaan
kita,,,,,,,,,,,,,,
Ketika kita melihat idola kita
melakukan sesuatu yang begitu membanggakan bagi kita, dengan segera kita akan berusaha meniru tindakan seperti
yang dilakukan oleh idola kita,,,,,,
Ketika seorang atlet mengikuti
ajang kompetisi di Negara asing, maka ia akan berusaha dengan sangat keras
untuk memcapai kemenangan, untuk mengharumkan negara asalnya dan juga agar
orang-orang yang dicintainya merasa
bangga terhadapnya,,,.
Agar lebih jelasnya, saya menyiapkan anda video singkat mengenai motivasi,,, simak yaaa....!!!!
Jadi
sekarang apakah motivasi itu menurut anda???
Mungkin
anda akan memberikan berbagai pendapat
mengenai defenisi dari motivasi, meski dengan berbeda cara
pengungkapannya, namun pengertian dan tujuan dari motivasi itu sendiri pasti
akan sama. Jadi, pengertian motivasi secara umum adalah proses yang membari
semangat , arah, dan kegigihan perilaku .Artinya, perilaku yang termotivasi
adalah perilaku yang penuh energi,
terarah, dan bertahan lama. Sama seperti
semua contoh diatas, semua itu dapat
terjadi semata-mata karena adanya motivasi. Motivasi membuat seseorang
yang tidak mampu, menjadi mampu untuk melakukan sesuatu hal yang bahkan diluar
perkiraannya. Ketika kita melihat contoh
diatas, kita melihat bahwa setiap usaha yang dilakukan memiliki tujuan tersendiri.
Contoh lain yang dapat kita lihat
saat ini adalah kisah hidup Andri Wongso, seorang motivator ternama saat ini,
dia dapat meraih sukses seperti sekarang ini, bukan secara instan, dia mambutuhkan
proses yang cukup panjang dalam
menggapai suksesnya saat ini, bukan karena pendidikan yang tinggi dan juga
bukan karena ekonomi yang memadai dia
dapat sukses, kehidupannya bahkan sangat jauh dari keadaan itu, namun karena
tekad yang kuat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (semangat), dia
berusaha mengembangkan bakatnya dalam menciptakan kata-kata mutiara dalam
sebuah kertas kartu, banyak kesulitan yang dia hadapi ketika hendak
mempromosikan kartu buatannya ke berbagai perusahaan, namun usahanya terbilang
nihil pada awalnya, karena tidak ada yang mau memproduksi kartu buatannya,
hingga akhirnya ada suatu perusahaan yang mau memproduksinya, meski penuh
dengan liku-liku yang merumitkan, akhirnya dia dapat menggapai kesuksesan yang
sungguh luar biasa. Tindakan Andri
Wongso dilakukan dengan semangat, memiliki tujuan(terarah), dan gigih( bertahan
lama) sampai dia mampu meraih kesuksesan
yang mungkin tidak pernah terpikir sebelumnya.
Demikian pula halnya dengan para
murid, motivasi murid dikelas berkaitan
dengan alasan dibalik perilaku mereka dan sejauh mana perilaku mereka diberi
semangat, punya arah dan dapat dipertahankan dalam jangka lama. Jika murid
tidak berpakaian rapi, atau tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik di kelas,
itu artinya bahwa murid kekurangan motivasi. Untuk itu para murid perlu diberi
motivasi dalam menyelesaikan tugasnya, misalnya dengan memberikan point bagi
setiap tugas yang akan dikerjakan,dan setiap point tersebut akhirnya akan
dijumlahkan dan bagi murid yang memiliki point yang baik akan diberi hadiah,
dengan cara tersebut para murid mungkin akan berlomba-lomba untuk mengerjakan
tugasnya dengan lebih baik, si murid akan terus berjuang dan mengatasi
rintangan yang ada, dengan demikian murid akan memiliki motivasi yang besar
untuk menyelesaikan tugasnya.
Cara guru dalam memunculkan
motivasi bagi para murid mungkin
berbeda-beda, namun yang paling penting
diperhatikan oleh setiap guru adalah selalu memberikan semangat dan pujian bagi
setiap siswa tanpa melihat latar belakang kemampuannya dan dalam memberi pujian
jangan bagi para murid janganlah terlalu berlebihan, agar tidak menimbulkan
kesan pilih-pilih dari murid yang hanya akan membuat semangat bagi murid tertentu
saja.
Perspektif tentang Motivasi
Perspektif
psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif
yang berbeda pula. Untuk itu, berikut kita akan membahas empat perspektif tersebut, yaitu;
1.
Perspektif Behavioral, menekankan imbalan dan
hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif
ataupun negatif yang dapat memotivasi
perilaku murid. Pemberian insentif ini diharapkan dapat menambah minat atau
kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat
dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak
tepat.
Contoh motivasi dalam perspektif behavioral, yakni;
memberikan hadiah kepada siswa berupa pujian, atau memberikan tanda
bintang kepada murid yang dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Pada intensif
lainnya, siswa yang berhasil menggapai suatu prestasi yang baik dapat diberi
penghargaan atau pengakuan pada murid lainnya, sehingga murid yang lain juga
ikut termotivasi, misalnya dengan memamerkan karya yang mereka buat, memberikan
sertifikat prestasi, mememberi kehormatan dengan mengumumkan prestasi mereka,
dan lain sebagainya. Hal ini diharapkan dapat membuat siswa yang berprestasi
dan yang belum memiliki suatu prestasi dapat
termotivasi untuk semakin mengembangkan kompetensi yang mereka miliki.
2.
Perspektif Humanistik, menekankan pada kapasitas
murid untuk mengembangkan kepribadian, serta kebebasan untuk memilih nasib dan
kualitas positif mereka , misalnya peka terhadap orang lain yang ada di
lingkungannya. Perspektif
humanistik lebih mengutamakan
kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan
dasar sebelum memenuhi kebutuhan yang
lebih tinggi, yang bisa dikatakan hampir berkaitan dengan pandangan Abraham
Maslow. Menurut hierarki kebutuhan Abraham Maslow, kebutuhan individu
harus dipuaskan dalam urutan seperti berikut;
v
Fisiologis ; rasa lapar, haus tidur.
v
Keamanan ; bertahan hidup( seperti perlindungan
dari perang dan kejahatan)
v
Cinta dan rasa memiliki ; meliputi keamanan,
kasih sayang, dan perhatian dari orang lain.
v
Harga diri; yakni menghargai diri sendiri.
v
Aktualisasi diri; yaitu realisasi potensi diri (
hanya sebagian orang saja yang dapat mencapainya).
Namun
perlu diperhatikan bahwa pandangan Maslow ini belum sepenuhnya benar, karena
setiap orang memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda-beda menurut keadaan
masing-masing, misalnya ada orang yang lebih mengutamakan kebutuhan kognitif meskipun dari antara mereka belum merasakan cinta dan kasih
sayang, dan sebaliknya.
Contoh
motivasi dalam perspektif humanistik
adalah; Ketika seorang murid menemui masalah dalam proses belajar mereka,
maka beberapa diantaranya mungkin akan berusaha sendiri untuk memecahkan
masalah tersebut tampak meminta bantuan dari orang lain, tujuannya agar orang
tidak menganggap rendah kempetensinya, atau utamanya untuk menjaga harga
dirinya di depan murid yang lain.
3.
Perspektif Kognitif, dimana pemikiran murid sendirilah yang akan
memotivasi mereka. Minat ini berfokus
pada ide-ide seperti motivasi internal
murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab
kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi),
dan keyakinan bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif. Perspektif ini juga menekankannarti penting dari
penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu kemajuan (Schunk
& Ertmer,2000; Zimmerman & Schunk, 2001).Dalam perspektif ini, seorang
murid diberi kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrol hasil
prestasi mereka sendiri.
Perspektif ini sesuai dengan gagasan R.W. White(1959), yang mengusulkan konsep
motivasi kompetensi, yaitu ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi
lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses
informasi secara efisien, White mengatakan
bahwa orang melakukan hal tersebut bukan semata hanya karena factor
biologis saja, namun lebih kepada adanya motivasi internal untuk berinteraksi
dengan lingkungan secara efektif.
4.
Perspektif
Sosial, adanya kebutuhan afiliasi dan keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk
berhubungan dengan orang lain secara aman. Dimana hal ini membutuhkan pembentukan,
pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan
afiliasi murid tercermin dari motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama
teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk
menjalin hubungan positif dengan guru.
Karena murid yang memiliki hubungan yang penuh perhatian dan dukungan biasanya
memiliki sikap akademik yang positif dan
dan lebih senang bersekolah(Baker, 1999; Stipek, 2002).
Motivasi Untuk Meraih Sesuatu
Pada
bagian ini kita akan mulai dengan
mengeksplorasi perbedaan krusikal antara motivasi intrinsik (internal) dan motivasi ekstrinsik
(eksternal) beserta dengan proses
penting dalam meraih sesuatu.
1.
Motivasi intrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk ke tujuan).
Motivasi intrinsic adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri ( tujuan itu
sndiri). Secara keseluruhan , kebanyakan pakar merekomendasikan agar guru
menciptakan atmosfer kelas dimana murid
dapat termotivasi secara intrinsic untuk
belajar. Salah satu pandangan dari motivasi intrinsic menekankan karakteristik determinasi diri. Memberi murid
beberapa pilihan dan memberi banyak kesempatan untuk tanggung jawab personal akan meningkatkan motivasi
intrinsik. Csikszentmihalyi menggunakan istilah
flow untuk mendeskripsikan pengalaman hidup yang
optimal, yang melibatkan penguasaan dan konsentrasi kuat dalam suatu aktivitas.
Flow paling mungkin terjadi di area dimana
murid ditantang dan menganggap mereka mampu menghadapinya. Dalam beberapa
situsi, hadiah dapat melemahkan kinerja. Ketika hadiah dipakai, hadiah itu
harus mengandung informasi tentang penguasaan tugas, bukan sebagai control
eksternal. Para pesiset telah menemukan bahwa saat murid naik tingkat dari SD
ke SMP dan SMA, motivasi intrinsic mereka terus menurun , terutama selama SMP.
Konsep kesesuaian lingkungan individu menimbulkan perhatian pada kekurang
sesuaian antara minat remaja pada kemandirian dan control sekolah yang semakin ketat, yang menyebabkan
evalusi dan sikap negatif terhadap sekolah.
2.
Teori atribusi menyatakan bahwa individu
termotivasi untuk menemukan sebab-sebab dari perilaku dalam rangka memahami
perilaku. Weiner mengidentifikasikan
tiga dimensi atribusi kausal ; (a). lokus; (b). stabilitas; dan (c).daya control . Kombinasi dari tiga
dimensi ini akan menghasilkan penjelasan yang berbeda tentang kegagalan dan kesuksesan. Orientasi
penguasaan (mastery) berfokus p[ada tugas bukan pada kemampuan, dan
melibatkan sikap positif strategi berorientasi solusi. Orientasi helpless fokus pada kelemahan personal, menghubungkan kesulitan dengan
kekurangan kemampuan, dan menunjukkan sikap negative ( seperti rasa bosan dan
cemas) . Orientasi kenerja lebih
memerhatikan hasil daripada proses pencapaiannya.
3. Self-Efficacy (kecakapan diri)
adalah keyakinan bahwa seseorang dapat
menguasai situasi dan memproduksi hasil positif. Bandura percaya bahwa kecakapan diri adalah factor penting yang memengaruhi prestasi
murid. Schunk berpendapat bahwa kecakapan diri memengaruhi pilihan tuga soleh
murid, dan bahwa murid dengan kecakapan yang rendah mungkin akan menghindari banyak tugas pembelajaran, terutama yang
menantang atau sulit. Strategi intruksional yang menekankan ‘’ Aku bisa
melakukannya’’ akan sangat bermanfaat bagi murid. Guru dengan kecakapan diri
yang rendah menjadi bingung oleh masalah di kelas. Menentukan tujuan yang
spesifik , jangka pendek dan menantang
akan bermanfaat bagi kecakapan dan prestasi murid. Dweck dan Nicholls
mendefinisikan tujuan dari segi fokus yang berhubungan dengan prestasi langsung dan defenisi sukses. Menjadi perencana yang baik berarti mampu mengelola waktu secara efektif, menentukan prioritas, dan mampu menata.
Memberi kesempatan bagi murid untuk mengembangkan keahlian manajemen waktu akan bermanfaat bagi pembelajaran dan prestasi mereka.
Monitoring diri adalah aspek utama dari pembelajaran dan prestasi.
4. Kecemasan
adalah perasaan takut yang samar dan tidak menyenangkan. Kecemasan yang tinggi
dapat berasal dari ekspektasi orang tua yang tidak realistis. Kecemasan murid
bertambah ketika mereka makin tua dan menghadapi banyak evaluasi, perbandingan
sosial, dan kegagalan( bagi beberapa murid). Program kognitif yang mengganti
pemikiran yang merugikan diri sendiri dengan pemikiran yang konstruktif
dan positif akan lebih efektif
untuk meningkatkan prestasi ketimbang menggunakan program relaksasi.
5. Ekspektasi
guru dapat sangat memengaruhi motivasi dan prestasi murid.
Hubungan dan Konteks Sosiokultural
dalam Menguatkan atau Melemahkan Sesuatu.
Motif
sosial adalah kebutuhan dan keinginan
yang dipelajari melalui pengalaman dengan dengan dunia sosial. Kebutuhan akan
afiliasi atau keterhubungan melibatkan motif untuk merasa aman dalam berhubungan dengan orang lain, Yakni dengan
menjalin , memelihara, dan memulihkan hubungan yang hangat dengan personal.
Dari
segi penerimaan sosial,baik dari penerimaan guru maupun teman sebaya
merupakan hal penting. Konformitas teman
sebaya sangat penting pada masa remaja awal , masa dimana dibutuhkan keputusan penting tentang apakah akan mengejar motif akademik atau
sosial. Memahami peran orang tua dalam motivasi murid membutuhkan pemahaman tentang karakteristik
demografis (seperti level pendidikan, waktu kerja, dan struktur keluarga),
ptaktik pengasuhan anak ( seperti penyediaan jumlah tantangan dan dukungan yang
tepat), dan penyediaan pengalaman
spesifik di rumah( seperti penyediaan materi bacaan). Teman sebaya dapat memengaruhi
motivasi murid melalui perbandingan
sosial , kompetensi sosial, pembelajaran
teman sebaya ,mdan pengaruh kelompok teman sebaya. Riset menunjukkan bahwa dukungan dan perhatian guru juga
berpengaruh bagi prestasi anak. Satu aspek penting untuk menguatkan motivasi
murid adalah mengajak orang tua menjadi mitra dalam pendidikan anaknya.
Sehingga impian dari orang tua dan guru menjadi nyata yaitu menghasilkan anak
yang kompetitif dan sukses.
Selanjutnya
, guru harus mengenali dan menghargai diversitas di dalam kelompok kultural dan
harus membedakan antara pengaruh status sosioekonomi dengan pengaruh etnis. Kualitas sekolah bagi
banyak murid yang kurang mampu(miskin)
lebih rendah dibanding murid dari kelas menengah keatas. Perbedaan
gender dalam prestasi berkaitan dengan
keyakinan dan nilai. Perhatian utama adalah mengenai perbedaan gender dalam
interaksi guru dengan murid , kurikulum dan isi, pelecehan seksual, serta bias
gender .
Rekomendasi untuk Membantu
Murid Berprestasi Rendah dan Sulit Dijangkau
Murid yang
lemah semangat merasa kurang percaya diri
dan kurang motivasi untuk
belajar. Ia mungkin murid dengan kemampuan rendah dan ekspektasi rendah untuk sukses sehingga ia membutuhkan bantuan
dan dukungan , tetapi dia juga perlu diingatkan bahwa kemajuan akan diakui
sepanjang sudah dilakukan upaya yang nyata; murid dengan sindrom kegagalan(
yang memiliki ekspektasi rendah untuk sukses dan mudah menyerah), yang mungkin
akan mendapat manfaat dari metode Retraining
kognitif , dan training strategi;
dan murid yang termotivasi untuk melindungi harga diri dan menghindari
kegagalan mungkin akan medapat manfaat dari aktivitas yang menarik , menentukan
tujuan yang menantang tetapi dapat diraih, memperkuat hubungan antara harga
diri dan usaha , memiliki keyakinan
positif terhadap kemampuan mereka
sendiri, dan hubungan guru-murid yang positif.
Selain
itu, strategi untuk mebantu murid yang tidak tertarik atau teralienasi adalah membangun hubungan yang positif dengan murid tersebut, membuat
sekolah menjadi lebih menarik bagi mereka, strategi mengajar yang menyenangkan,
dan mempertimbangkan penggunaan mentor
dari komunitas atau murid yang lebih tua sebagai orang pendukung bagi murid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar